Demokrasi Pancasila dan Orde Baru di Masa
Soeharto
Latar
Belakang
Setelah
berakhirnya era Demokrasi Terpimpin yang cenderung sentralistik dan otoriter di
bawah kepemimpinan Soekarno, Indonesia memasuki babak baru dalam sejarah
politiknya. Peristiwa Gerakan 30 September 1965 menjadi titik balik yang
signifikan. Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Panglima Angkatan
Darat, mengambil alih kekuasaan dan mendirikan Orde Baru.
Lahirnya Demokrasi Pancasila
·
Reaksi
terhadap Demokrasi Terpimpin:
Demokrasi Pancasila muncul sebagai reaksi terhadap dianggapnya Demokrasi
Terpimpin sebagai penyimpangan dari Pancasila. Orde Baru berusaha untuk
mengembalikan nilai-nilai Pancasila yang dianggap murni dan asli.
·
Penekanan
pada Kestabilan dan Pembangunan:
Orde Baru memprioritaskan stabilitas politik dan pembangunan ekonomi. Demokrasi
Pancasila dianggap sebagai sistem yang paling cocok untuk mencapai tujuan
tersebut.
·
Definisi
Resmi: Pada tahun 1967, Soeharto secara
resmi mendefinisikan Demokrasi Pancasila sebagai bentuk demokrasi yang
berkedaulatan rakyat, berdasar atas kepribadian bangsa yang berketuhanan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, persatuan Indonesia, dan
keadilan sosial.
Ciri-ciri Demokrasi Pancasila pada
Masa Orde Baru
- Sentralisasi Kekuasaan: Meskipun mengklaim sebagai demokrasi, kekuasaan pada
masa Orde Baru terpusat pada Presiden Soeharto dan Golkar sebagai partai
penguasa.
- Pembatasan Kebebasan:
Kebebasan berekspresi dan berorganisasi dibatasi. Kritik terhadap
pemerintah seringkali dibungkam dan dianggap sebagai ancaman terhadap
stabilitas negara.
- Pembangunan Ekonomi:
Orde Baru berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi melalui
program-program pembangunan yang berorientasi pada pasar.
- Stabilitas Politik:
Orde Baru berhasil menciptakan stabilitas politik yang relatif lama, namun
dengan mengorbankan demokrasi yang substansial.
Kritik terhadap Demokrasi Pancasila
Masa Orde Baru
- Kotorasi:
KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) menjadi masalah serius pada masa Orde
Baru.
- Pelanggaran HAM:
Banyak kasus pelanggaran HAM yang terjadi, terutama di awal masa Orde
Baru.
- Monopoli Kekuasaan:
Golkar sebagai partai tunggal menguasai hampir seluruh aspek kehidupan
politik dan sosial.
- Pembungkaman Kritik:
Kebebasan berekspresi dan berpendapat sangat terbatas.
Warisan Demokrasi Pancasila Masa
Orde Baru
Meskipun banyak mendapat kritik,
Demokrasi Pancasila masa Orde Baru meninggalkan beberapa warisan, antara lain:
- Stabilitas Politik:
Orde Baru berhasil menciptakan stabilitas politik yang relatif lama.
- Pertumbuhan Ekonomi:
Pembangunan ekonomi yang pesat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
- Infrastruktur:
Dibangunnya berbagai infrastruktur yang menunjang pembangunan.
Masalah Ekonomi pada Masa Orde Baru
1. Kesenjangan Sosial yang Memburuk
- Pemusatan
Kekayaan: Kebijakan ekonomi yang berpihak pada kelompok
tertentu, terutama konglomerat dan elit politik, menyebabkan pemusatan
kekayaan yang semakin besar.
- Urbanisasi
Massal: Industrialisasi yang pesat mendorong urbanisasi
massal, namun tanpa diimbangi dengan penyediaan infrastruktur dan lapangan
kerja yang memadai, sehingga memicu pertumbuhan permukiman kumuh dan
kemiskinan perkotaan.
- Kesenjangan
Regional: Pembangunan lebih terkonsentrasi di Pulau Jawa,
sementara daerah-daerah lain tertinggal.
2. Krisis Ekonomi 1997
- Ketergantungan
pada Sektor Ekspor: Ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru
sangat bergantung pada sektor ekspor, terutama komoditas. Krisis ekonomi
Asia tahun 1997 yang berdampak pada penurunan permintaan global terhadap
komoditas Indonesia, memicu krisis moneter yang parah.
- Tingginya
Utang Luar Negeri: Utang luar negeri yang besar menjadi
beban berat bagi perekonomian Indonesia. Ketika nilai tukar rupiah
melemah, beban utang menjadi semakin besar dan sulit untuk dibayar.
- Kerentanan
terhadap Shock Eksternal: Struktur ekonomi yang rentan
terhadap goncangan eksternal membuat Indonesia sulit pulih dari krisis
ekonomi.
3. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)
- Penggelembungan
Proyek: KKN yang merajalela menyebabkan banyak proyek
pembangunan yang tidak efisien dan merugikan negara.
- Penyalahgunaan
Dana: Dana pembangunan seringkali disalahgunakan untuk
kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
- Melemahnya
Tata Kelola: KKN merusak sistem pemerintahan dan
menghambat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
4. Kebijakan Subsidi yang Tidak Efektif
- Beban
Anggaran: Subsidi bahan bakar minyak dan pangan membebani
anggaran negara dan seringkali dinikmati oleh kelompok masyarakat yang
mampu.
- Distorsi
Pasar: Subsidi dapat menyebabkan distorsi pasar dan
mengurangi efisiensi ekonomi.
Kesimpulan
Demokrasi
Pancasila pada masa Orde Baru merupakan sebuah eksperimen politik yang
kompleks. Di satu sisi, ia berhasil menciptakan stabilitas dan pertumbuhan
ekonomi, namun di sisi lain, ia juga mengorbankan nilai-nilai demokrasi yang
universal. Jatuhnya Orde Baru pada tahun 1998 menandai berakhirnya era
otoritarianisme dan membuka jalan bagi reformasi demokrasi di Indonesia.Masalah-masalah
ekonomi yang terjadi pada masa Orde Baru memberikan pelajaran berharga bagi
pembangunan ekonomi Indonesia ke depan. Penting untuk membangun sistem ekonomi
yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan tahan terhadap goncangan.
Pertanyaan untuk Diskusi:
- Apakah Demokrasi Pancasila pada masa Orde Baru
benar-benar merupakan bentuk demokrasi?
- Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan
Demokrasi Pancasila pada masa Orde Baru?
- Apa pelajaran yang dapat diambil dari pengalaman
Demokrasi Pancasila masa Orde Baru bagi perkembangan demokrasi di
Indonesia saat ini?
Kata Kunci: Demokrasi Pancasila, Orde Baru, Soeharto, politik
Indonesia, sejarah Indonesia.
bagus
BalasHapusmntap
Hapus