Rabu, 29 Januari 2025

KERAJAAN SRIWIJAYA

 


Kerajaan Sriwijaya: Kemegahan dan Keruntuhan Kerajaan Maritim di Sumatera

Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim terbesar di Nusantara yang berpusat di Sumatera dan member banyak pengaruh di Nusantara. Berdiri sejak abad ke-7 Masehi, kerajaan ini berkembang menjadi pusat perdagangan dan pembelajaran agama Buddha di Asia Tenggara sebelum akhirnya mengalami kemunduran pada abad ke-13. Wilayah kekuasaannya membentang dari Kamboja, Thailand Selatan,Semenanjung Malaya,Sumatera,Jawa,dan pesisir Kalimantan

Nama Sriwijaya berasal dari bahasa sansekerta Sri ‘bercahaya atau gemilang’ dan Wijaya ‘kajayaan’ Sriwijaya artinya. Meskipun tergolong kedalam kerajaan yang kuat dalam bidang militer dan ekonomi namun nyaris tak bukti yang menunjukan letak persis dari kerajaan ini.

Nama Raja yang Memimpin

Beberapa raja terkenal yang memerintah Kerajaan Sriwijaya, antara lain:

  1. Dapunta Hyang Sri Jayanasa (abad ke-7 M) – Pendiri Kerajaan Sriwijaya yang memperluas wilayah hingga ke Semenanjung Malaya.
  2. Balaputradewa (abad ke-9 M) – Memperkuat hubungan diplomatik dengan Dinasti Pala di India dan menjadikan Sriwijaya pusat pembelajaran agama Buddha.
  3. Sri Cudamani Warmadewa (abad ke-10 M) – Melanjutkan kejayaan Sriwijaya dan menjalin hubungan dagang dengan Dinasti Song di Tiongkok.

Keadaan Sosial Budaya

Sebagai kerajaan bercorak Buddha, kehidupan masyarakat Sriwijaya sangat dipengaruhi oleh ajaran Buddha Mahayana. Banyak biksu dari Tiongkok dan India datang ke Sriwijaya untuk belajar, seperti yang dicatat dalam catatan perjalanan biksu I-Tsing pada abad ke-7 M.

Masyarakatnya terdiri dari beberapa golongan, yakni:

  • Golongan Raja dan Bangsawan: Berperan sebagai penguasa dan pemimpin administratif.
  • Kaum Brahmana dan Biksu: Bertindak sebagai pemuka agama dan pendidik.
  • Pedagang dan Petani: Mendukung perekonomian dengan kegiatan perdagangan dan agraris.
  • Prajurit: Melindungi kerajaan dari serangan musuh.

Sriwijaya juga memiliki budaya seni ukir dan prasasti yang berkembang pesat. Prasasti Kedukan Bukit dan Prasasti Talang Tuwo mencatat sejarah awal kerajaan serta kebijakan sosial dan keagamaan raja.

Keadaan Ekonomi

Berdasarkan isi prasasti Ligor disebutkan bahwa raja Dharamsetu mendirikan pelabihan di  Semenajung Malayu dekat Logor.Sebagai kerajaan maritim, perekonomian Sriwijaya sangat bergantung pada perdagangan internasional. Letaknya yang strategis di Selat Malaka menjadikan Sriwijaya sebagai penguasa jalur perdagangan antara Tiongkok, India, dan Arab.

Komoditas utama yang diperdagangkan meliputi:

  • Rempah-rempah (cengkeh, pala, lada)
  • Emas dan perhiasan
  • Kapur barus dan kayu gaharu
  • Hasil pertanian seperti padi

Sriwijaya juga menerapkan sistem tol laut, di mana kapal dagang yang melintasi perairannya harus membayar pajak atau upeti. Hal ini membuat kerajaan menjadi kaya dan berpengaruh.

Kemajuan Sriwijaya didukung oleh beberapa factor yaitu :

1.     Letaknya yang stretegis yaitu berada di jalur perdagangan antara India dan Tiongkok

2.    Menguasai jalur perdagangan, seperti selat Malaka. Selat Sunda, Semenajung Melayu, dan Tanah Genting Kra

3.    Hasil buminya seperti Emas,perak,rempah-rempah,menjadi komoditas yang berharga

4.    Armada lautnya kuat karena menjalin kerja sama dengan armada laut kerajaan-kerajaan di India dan Tiongkok

5.    Pendapatan melimpah dari upeti,cukai terhadap kapal-kapal asing

Berakhirnya Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya mulai melemah pada abad ke-11 M akibat berbagai faktor, seperti:

  1. Serangan Kerajaan Cholamandala dari India (1025/1023 M) – Rajendra Chola I menyerang Sriwijaya dan menjarah ibu kotanya, melemahkan kekuatan militer dan ekonomi.
  2. Persaingan dengan Kerajaan-Kerajaan Lain – Munculnya kerajaan-kerajaan pesaing seperti Kerajaan Kediri dan Majapahit di Jawa membuat posisi Sriwijaya semakin terancam.
  3. Merosotnya Jalur Perdagangan – Banyak pedagang mulai beralih ke rute perdagangan yang lebih aman di Jawa dan Selat Sunda.
  4. Pengaruh Islam yang Meningkat – Seiring berkembangnya Islam di Nusantara, kerajaan-kerajaan bercorak Islam seperti Samudera Pasai mulai menggantikan peran Sriwijaya sebagai pusat perdagangan.
  5. Kerajaan-kerajaan yang ditakulkannya melepasakan diri dari kekuasaan Sriwijaya
  6. Terdesak oleh kerajaan Thailand

Pada abad ke-13, Sriwijaya semakin lemah dan akhirnya runtuh setelah dikuasai oleh Kerajaan Majapahit dan Kesultanan Malaka.

  

Peninggalan Sejarah dan Sumber Sejarah kerajaan Sri Wijaya

Beberapa peninggalan penting dari Kerajaan Sriwijaya meliputi:

·         Dalam kronik pendeta I Tsing yang berasal dari Tiongkok menuliskan bahwa Sriwijaya merupakan pusat pemeblajaran agama Budha dan juga Ia menuliskan terdapat 1000 orang pendeta belajar agama Budha di Sriwijaya. Salah satu pendeta yang terkenal adalah Sakyakirty

·         Berita Arab menjelaskan bahwa para pedaganag Arab melakukan kegiatan perdagangan di kerajaan Sriwijaya dan bahkan di kerajaan Sriwijaya ditemukan perkampungan-perkampungan Arab.

·         Prasasti kota kapur, ditemukan di Pulau Bangka berangka 686: Bhumi Jawa tidak mau tunduk pada Sriwijaya, melalui prasasti ini dtemukan kata SRIWIJAYA

·         Prasasti Kedukan Bukit (Palembang) – Menceritakan perjalanan Dapunta Hyang dalam mendirikan Sriwijaya dan memperluas wilayah kekuasaan. Catatan kedua : Minangatamwan adalah sebuah daerah pertemuan antara sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar kiri (Riau). Hal ini menunjukan bahwa pusat kerajaan pertama bukan berpusat di Palembang melainkan di Muara Takus (Riau). Pernyataan ini didukung dengan ditemukan bukti arkelog berupa Stupa di Muara Takus, Kampar Riau. Penguasaan selanjunya di pindahkan ke Palembang agar  mudah menguasai jalur perdaganagan. Candi Muara Takus (Riau) – Salah satu bukti kejayaan Sriwijaya sebagai pusat agama Buddha.

·         Prasasti Talang Tuwo – Berisi doa-doa untuk kesejahteraan rakyat dan juga menyebutkan nama raja Dapunta Hyang dan istrinya Sobakancana

·         Prasasti Ligor: berisiskan tentang pendirian sebuah pelabuhan dan tempat-tempat ibadah oleh raja Dharmasetu

Kerajaan Sriwijaya meninggalkan warisan besar sebagai kerajaan maritim yang pernah menguasai perdagangan Asia Tenggara dan menyebarkan ajaran Buddha ke berbagai wilayah. Hingga kini, kejayaannya masih menjadi bagian penting dalam sejarah Indonesia.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peradaban Nusantara yang Tak Pernah Hilang

  Peradaban Nusantara yang Tak Pernah Hilang Di antara desir angin dan gumam ombak, tersimpan kisah yang tak lekang oleh waktu. Peradaban...