Kerajaan
Tarumanagara: Sejarah, Kejayaan, dan Keruntuhan
Kerajaan Tarumanagara adalah salah satu
kerajaan Hindu tertua di Nusantara, yang berdiri di wilayah Jawa Barat pada
abad ke-4 atau 5 hingga abad ke-7 Masehi yang diperkuat oleh berita Tiongkok
yang menyebut kerajaan To-Lo-Mo (Tarumanegara) mengirimkan utusan ke Tiongkok pada
tahun 528,538,665, dan 666 M untuk sebuah kunjungan persahabatan dengan dasar
hubungan dagang.
Nama
Raja yang Memimpin
Beberapa raja yang memimpin Kerajaan
Tarumanagara dikenal sebagai pemimpin bijaksana yang membawa kemajuan bagi
kerajaan. Berikut adalah raja-raja terkenal dari Tarumanagara:
1. Raja Purnawarman: Raja terbesar dan
paling dikenal dari Kerajaan Tarumanagara. Di bawah kepemimpinannya, kerajaan
mencapai puncak kejayaannya. Purnawarman dikenal atas pembangunan irigasi yang
bermanfaat bagi rakyatnya, seperti disebutkan dalam prasasti-prasasti yang
ditemukan.
2. Raja Dharmayawarman: Raja yang juga
disebut dalam beberapa prasasti, namun informasi tentang kepemimpinannya lebih
terbatas dibandingkan Purnawarman.
3. Sri Maharaja Linggawarman yang memerintah
666-669 M
Keadaan
Sosial Politik dan budaya
Masyarakat Kerajaan Tarumanagara hidup
dalam struktur sosial yang terorganisasi. Sebagai kerajaan Hindu, struktur
masyarakatnya mengikuti sistem kasta, yang terdiri dari Brahmana, Ksatria,
Waisya, dan Sudra. Raja Purnwarman dipandang sebagai titisan dewa Wisnu,
sehingga mendapatkan penghormatan tinggi dari rakyatnya. Raja Purnawarman
memerintah selama 22 tahun dan di Tarumanegara mengenal konsep Dewa adalah
raja.
Kehidupan budaya Kerajaan Tarumanagara
terlihat melalui berbagai prasasti yang ditemukan, seperti Prasasti Tugu,
Prasasti Ciaruteun, dan Prasasti Kebon Kopi. Prasasti-prasasti ini ditulis
dalam aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta, yang menunjukkan pengaruh kuat
budaya India. Selain itu, seni pahat, sastra, dan upacara keagamaan berkembang
pesat di bawah pemerintahan Tarumanagara.
Keadaan
Ekonomi
Ekonomi Kerajaan Tarumanagara sangat
bergantung pada sektor agraris dan perdagangan. Raja Purnawarman dikenal atas
proyek-proyek besar seperti pembangunan saluran irigasi untuk mendukung
kegiatan pertanian. Prasasti Tugu menyebutkan pembangunan sebuah saluran air
yang disebut Gomati, yang bertujuan meningkatkan hasil panen dan memberikan
pasokan air pada musim kemarau, mengatasi bahaya banjir bagi masyarakat.
Letak strategis Tarumanagara yang
berada di jalur perdagangan internasional, terutama di pantai utara Jawa,
menjadikan kerajaan ini sebagai pusat perdagangan penting. Komoditas seperti
rempah-rempah, hasil bumi, dan barang kerajinan diperdagangkan dengan pedagang
dari India, Cina, dan wilayah lainnya.
Akhir Kejayaan
Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara mengalami
kemunduran pada abad ke-7 Masehi. Penyebab utama kemundurannya adalah
meningkatnya pengaruh kerajaan-kerajaan lain di Jawa, seperti Kerajaan Sunda
dan Kerajaan Galuh, yang pada akhirnya menggantikan dominasi Tarumanagara. Pada
masa akhir kekuasaan pemerintahan Sri Maha Raja Linggwarman Tarumanegara
terpisah menjadi 2 kerajaan yaitu kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Tarusbawa
(menantunya) dan merupakan kelanjutan dari kerajaan Tarumengara, sedangkan
kerajaan Galuh dipimpin oleh Wretinkandayu (kedua kerajaan ini merupakan kerajaan
bawahan dari Tarumanagara)
Kelak di masa pemerintahan raja Sanjaya
raja ketiga Galuh, Ia mentyatukan kedua kerajaan tersebut, Ia menjadi pewaris
utama dari ibunya Sanaha di kerajaan Kalingga Utara (Bumi Mataram) yang kelak
akan melahirkan kerajaan Mataram.
Selain itu, pengaruh agama Hindu mulai
memudar dengan masuknya agama Buddha dan kemudian Islam ke wilayah Nusantara.
Tarumanagara akhirnya melebur menjadi bagian dari Kerajaan Sunda, yang melanjutkan
tradisi dan budaya Hindu-Buddha.
Peninggalan Sejarah
Prasasti-prasasti dari Kerajaan
Tarumanegara merupakan peninggalan sejarah penting yang memberikan informasi
tentang kehidupan sosial, politik, dan ekonomi kerajaan ini. Berikut adalah
penjelasan isi dari beberapa prasasti utama Kerajaan Tarumanegara:
1. Prasasti Tugu
Prasasti tugu ditemukan di Desa Tugu, Jakarta
Utara. Prasasti ini menceritakan pembangunan dua saluran air, yaitu Gomati
sepanjang 11 km selama 21 hari dan Candrabhaga, oleh Purnawarman. Saluran ini
dibuat untuk mencegah banjir, mendukung irigasi pertanian, dan memenuhi
kebutuhan air bagi rakyat. Prasasti ini juga menyebutkan persembahan 1.000 ekor
sapi sebagai bentuk penghormatan Raja Purnawarman kepada para Brahmana. Selain itu
juga prasasti tugu berisi tentang wilayah kekuasaan dari kerajaan Tarumanegara.
Makna: Menggambarkan perhatian Raja Purnawarman terhadap kesejahteraan
rakyatnya dan kemampuan kerajaan dalam melaksanakan proyek besar.
2. Prasasti Ciaruteun/Ciampea
Prasasti Ciaruteum ditemukan Ciampea, Bogor, Jawa
Barat. Prasasti ini berisi ukiran jejak kaki Raja Purnawarman, yang dianggap
sebagai simbol kekuatan dan legitimasi raja. Dalam prasasti ini, Raja
Purnawarman diidentifikasi sebagai titisan Dewa Wisnu, menegaskan kedudukannya
yang tinggi dalam hierarki sosial dan keagamaan.Makna: Jejak kaki
dianggap sebagai lambang kekuasaan yang melindungi dan memelihara rakyat, serta
meneguhkan hubungan raja dengan dewa-dewa Hindu.
3.
Prasasti Kebon Kopi
Ditemukan: Kampung Muara, Bogor,
Jawa Barat, Prasasti ini berisi ukiran telapak kaki gajah yang diasosiasikan
dengan Airawata, gajah kendaraan Dewa Wisnu. Prasasti ini menegaskan kebesaran
Raja Purnawarman, yang diibaratkan memiliki kekuatan seperti Dewa Indra. Makna:
Simbol kekuatan raja dan hubungannya dengan keagungan dewa-dewa Hindu,
sekaligus menggambarkan keagungan Kerajaan Tarumanegara.
4. Prasasti Jambu
(Koleangkak)
Ditemukan: Bukit Koleangkak,
Bogor, Jawa Barat.Prasasti ini memuji kebijaksanaan dan keberanian Raja
Purnawarman. Prasasti ini juga menyebutkan kekuasaan raja yang meluas, memberikan
keamanan, dan kesejahteraan kepada rakyatnya. Makna: Menegaskan
kebesaran Raja Purnawarman sebagai penguasa yang adil dan kuat.
5. Prasasti Pasir Awi
Ditemukan di Bogor, Jawa Barat, Mengandung simbol-simbol yang sulit
diinterpretasikan sepenuhnya, namun diduga berkaitan dengan penggambaran Simbol-simbol
tersebut kemungkinan memiliki makna religius atau ritual.
6.
Prasasti Cidanghyang (Lebak)
Lokasi ditemukan: Pandeglang, Banten.
Isi: Prasasti ini menyebutkan kebesaran Raja Purnawarman yang menguasai
wilayah di sekitar sungai. Disebutkan juga bahwa pemerintahan Raja Purnawarman
membawa kesejahteraan bagi rakyatnya.Makna: Menunjukkan luasnya wilayah
kekuasaan Tarumanegara hingga ke Banten, sekaligus menggarisbawahi karakter
pemimpin yang melindungi rakyatnya
7.
Prasasti Muara Cianten
Belum bisa diterjemahkan
isi dari prasasati ini. Ditemukan disekitar sungai Cusadane
8.
Prasasti Jambu
Menggambarkan gagah
keagungan dari Sri Purnwarman yang memerintah pada masanya dengan baju Zirahnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar