Kerajaan Kalingga: Sejarah, Raja-Raja,
Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, dan Keruntuhannya
1. Sejarah Singkat
Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga merupakan salah satu
kerajaan bercorak Buddha yang berkembang di Jawa Tengah pada sekitar abad ke-6
hingga ke-7 M. Kerajaan ini dikenal sebagai pusat penyebaran agama Buddha dan
memiliki hubungan erat dengan India serta Tiongkok. Sumber sejarah mengenai
Kerajaan Kalingga berasal dari catatan Tiongkok, seperti kronik Dinasti Tang,
yang menyebut kerajaan ini sebagai "Holing."
Kerajaan Kalingga terkenal karena
dipimpin oleh seorang ratu yang bijaksana, yaitu Ratu Shima. Ia dikenal sebagai
pemimpin yang tegas dalam menegakkan hukum dan keadilan, serta membawa
kemakmuran bagi rakyatnya.
2. Raja yang Pernah Memerintah
Beberapa raja dan pemimpin yang
diketahui pernah memerintah Kerajaan Kalingga berdasarkan sumber sejarah antara
lain:
- Ratu
Shima
(memerintah sekitar akhir abad ke-7 M), terkenal dengan keadilannya dalam
menegakkan hukum.
- Raja
Jayasingawarman
(diperkirakan sebagai salah satu pemimpin sebelum Ratu Shima, namun
informasi lebih lanjut masih terbatas).
3. Keadaan Politik
Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga memiliki pemerintahan
yang terstruktur dengan raja atau ratu sebagai pemimpin tertinggi. Salah satu
pemimpin yang paling terkenal adalah Ratu Shima, yang dikenal dengan
ketegasannya dalam menegakkan hukum. Ia menetapkan peraturan yang ketat, bahkan
dikisahkan bahwa barang yang diletakkan di jalanan tidak boleh diambil oleh
siapa pun kecuali pemiliknya, sebagai simbol kedisiplinan dan keadilan yang
tinggi.
Kerajaan Kalingga juga menjalin
hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan di luar Nusantara, seperti dengan
Tiongkok. Dalam catatan Dinasti Tang, disebutkan bahwa Kalingga mengirim utusan
ke istana Tiongkok sebagai bentuk hubungan diplomasi dan perdagangan.
4. Keadaan Ekonomi
Kerajaan Kalingga
Perekonomian Kerajaan Kalingga didukung
oleh sektor pertanian, perdagangan, dan kerajinan. Lokasi kerajaan yang
strategis di pesisir utara Jawa membuatnya menjadi salah satu pusat perdagangan
penting. Komoditas utama yang diperdagangkan meliputi hasil bumi,
rempah-rempah, emas, dan barang kerajinan.
Selain perdagangan, pertanian juga
menjadi mata pencaharian utama masyarakat Kalingga. Mereka mengembangkan sistem
irigasi untuk meningkatkan hasil pertanian, terutama padi dan tanaman lainnya
yang mendukung kebutuhan kerajaan.
5. Kehidupan Sosial
dan Budaya
Kerajaan Kalingga dipengaruhi oleh
ajaran Buddha Mahayana, yang terlihat dari banyaknya peninggalan sejarah berupa
candi dan arca Buddha. Selain itu, sistem pendidikan berbasis agama berkembang
pesat di Kalingga, di mana para biksu dan pendeta berperan dalam menyebarkan
ajaran Buddha serta ilmu pengetahuan. Dalam budaya, Kerajaan Kalingga memiliki
tradisi sastra dan seni yang berkembang pesat, dengan pengaruh kuat dari India
dan Tiongkok. Bahasa Sanskerta digunakan dalam prasasti dan naskah keagamaan,
menunjukkan pengaruh kebudayaan luar dalam kehidupan masyarakat Kalingga.
6. Keruntuhan
Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga di akhir masa pemerintahannya dibagi mejadi 2 yaitu
Kalingga Utara dikenal dengan nama Bumi
Mataram (dibawah pimpinan Sanaha ) dan
kalingga selatan dikenal dengan nama
bumi Sambara dengan pimpinana Dewasinga.
Sanaha
menikah dengan Bratasenawa (Sana) raja ke tiga Galuh yang melahirkan sanjaya.
Kelak Sanjaya menikah dengan Dewi Sudira anak dari Dewasinga dan melahirkan
Rakai Panangkaran yang menjadi raja kedua Mataram Kuno
Kerajaan Kalingga merupakan salah satu
kerajaan bercorak Buddha yang berperan penting dalam sejarah Nusantara. Dengan
pemerintahan yang kuat, ekonomi yang berkembang, serta budaya yang maju,
Kalingga mencapai masa kejayaan di bawah kepemimpinan Ratu Shima. Namun, faktor
eksternal seperti ekspansi Sriwijaya dan perubahan kepercayaan di Nusantara
menyebabkan kemundurannya. Warisan Kalingga tetap hidup dalam sejarah dan
budaya masyarakat Indonesia hingga saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar